Mobil listrik
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mobil listrik adalah mobil yang digerakkan dengan motor listrik,
menggunakan energi listrik yang disimpan dalam baterai atau tempat
penyimpan energi lainnya. Mobil listrik sangat populer pada akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20, tapi kemudian popularitasnya meredup karena
teknologi mesin pembakaran dalam yang semakin maju dan harga kendaraan berbahan bakar bensin yang semakin murah. Krisis energi
pada tahun 1970-an dan 1980-an pernah membangkitkan sedikit minat pada
mobil-mobil listrik, tapi baru pada tahun 2000-an lah para produsen
kendaraan baru menaruh perhatian yang serius pada kendaraan listrik
listrik. Hal ini disebabkan karena harga minyak yang melambung tinggi
pada tahun 2000-an serta banyak masyarakat dunia yang sudah sadar akan
buruknya dampak emisi gas rumah kaca.[1][2] Sampai bulan Novemver 2011, model-model listrik yang tersedia dan dijual di pasaran beberapa negara adalah Tesla Roadster, REVAi, Renault Fluence Z.E., Buddy, Mitsubishi i MiEV, Tazzari Zero, Nissan Leaf, Smart ED, Wheego Whip LiFe, Mia listrik, dan BYD e6. Nissan Leaf, dengan penjualan lebih dari 20.000 unit di seluruh dunia (sampai November 2011),[3]
dan Mitsubishi i-MiEV, dengan penjualan global lebih dari 17.000 unit
(sampai Oktober 2011), adalah kedua mobil listrik paling laris di dunia.[4]
Mobil listrik memiliki beberapa kelebihan yang potensial jika
dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa. Yang paling
utama adalah mobil listrik tidak menghasilkan emisi kendaraan bermotor.[5][6][7] Selain itu, mobil jenis ini juga mengurangi emisi gas rumah kaca karena tidak membutuhkan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya.[1][2] Pada akhirnya, ketergantungan minyak dari luar negeri pun berkurang, karena bagi beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan banyak negara Eropa, kenaikan harga minyak dapat memukul ekonomi mereka.[1][8][9] Bagi negara berkembang, harga minyak yang tinggi semakin memberatkan neraca pembayaran mereka, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi mereka.[10][11]
Meskipun mobil listrik memiliki beberapa keuntungan potensial seperti
yang telah disebutkan di atas, tapi penggunaan mobil listrik secara
meluas memiliki banyak hambatan dan kekurangan.[1][2] Sampai pada tahun 2011, harga mobil listrik masih jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam biasa dan kendaraan listrik hibrida karena harga baterai ion litium yang mahal.[12] Meskipun begitu, saat ini harga baterai mulai turun karena mulai diproduksi dalam jumlah besar.[13] Faktor lainnya yang menghambat tumbuhnya penggunaan mobil listrik adalah masih sedikitnya stasiun pengisian
untuk mobil listrik, ditambah lagi ketakutan pengendara akan habisnya
isi baterai mobil sebelum mereka sampai di tujuan. Beberapa pemerintah
di beberapa negara di dunia telah menerbitkan beberapa insentif dan
aturan untuk menanggulangi masalah ini, yang tujuannya untuk
meningkatkan penjualan mobil listrik, untuk membiayai pengembangan
teknologi mobil listrik sehingga harga baterai dan komponen mobil bisa
semakin efisien. Pemerintah Amerika Serikat telah memberikan dana hibah
sebesar US$2,4 miliar untuk pengembangan mobil listrik dan baterai.[14] Pemerintah China mengumum kan bahwa mereka akan menyediakan dana sebesar US$15 milyar untuk memulai industri mobil listrik di negaranya.[15] Beberapa pemerintah lokal dan nasional di banyak negara telah menerbitkan kredit pajak, subsidi, dan banyak insentif lainnya untuk mengurangi harga mobil listrik dan mobil plug-in.[16][17][18][19]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar